Harga emas dunia dalam denominasi dolar AS (XAU/USD) pada hari ini, 1 Agustus 2025, menunjukkan tren penguatan signifikan, melanjutkan momentum positif yang mulai terbentuk sejak akhir sesi perdagangan kemarin. Hingga pukul 15:00 WIB, harga emas tercatat berada di kisaran USD 3.299 hingga USD 3.300 per troy ounce, naik sekitar 0,33% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Kenaikan ini didorong oleh melemahnya sentimen risiko di pasar global, ditambah spekulasi bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, mungkin akan mempertahankan suku bunga di level tinggi dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mendorong investor untuk kembali melirik aset lindung nilai seperti emas.
Meskipun nilai dolar AS relatif stabil terhadap mata uang utama lainnya, permintaan terhadap emas meningkat karena kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global. Para analis menilai bahwa investor kini mulai menyesuaikan portofolio mereka untuk mengantisipasi ketidakpastian di semester kedua tahun ini.
Selain faktor makroekonomi, ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah serta ketidakpastian hubungan dagang antara AS dan Tiongkok juga menjadi katalis yang mengangkat harga logam mulia. Emas sering kali dianggap sebagai tempat berlindung yang aman (safe haven) di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu.
Dari sisi teknikal, pergerakan harga emas hari ini menunjukkan kekuatan beli yang cukup solid. Level psikologis USD 3.300 menjadi titik pantauan utama para trader. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, maka peluang untuk menuju resistance berikutnya di kisaran USD 3.310 hingga USD 3.326 semakin terbuka lebar.
Namun, jika tekanan jual muncul dan harga kembali turun di bawah USD 3.290, maka emas berisiko untuk kembali menguji zona support kuat di sekitar USD 3.275 hingga USD 3.270, yang saat ini diperkuat oleh indikator moving average harian (SMA 100).
Kesimpulan
Pergerakan harga emas hari ini mengindikasikan optimisme pasar terhadap daya tahan emas sebagai instrumen pelindung nilai. Kombinasi antara ketidakpastian kebijakan moneter, ketegangan geopolitik, dan minat investor institusional membuat logam mulia ini tetap menjadi fokus perhatian di tengah fluktuasi pasar global.