Ketidakpastian Politik dan Ekonomi Bayangi Dolar AS: Pasar Meragukan Independensi The Fed

 



Washington, 7 Agustus 2025 — Dolar Amerika Serikat (USD) menghadapi tekanan yang semakin besar dari pelaku pasar global, seiring dengan munculnya kekhawatiran tentang arah kebijakan moneter Federal Reserve serta integritas data ekonomi pemerintah AS. Kondisi ini muncul di tengah meningkatnya kritik dari mantan Presiden Donald Trump yang kembali aktif mengomentari kebijakan bank sentral dan kondisi ekonomi nasional menjelang pemilu 2026.

Dalam jajak pendapat terbaru yang dilakukan Reuters terhadap lebih dari 50 analis mata uang dan ekonom, sebagian besar responden menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap stabilitas dolar AS dalam jangka menengah hingga panjang. Para analis menilai bahwa komentar-komentar Trump yang meragukan keabsahan data inflasi dan pertumbuhan ekonomi dapat merusak kepercayaan investor, terutama investor institusional asing.

Kekhawatiran atas Independensi The Fed

Salah satu sorotan utama dalam survei tersebut adalah meningkatnya keraguan terhadap independensi Federal Reserve. Trump, yang selama masa jabatannya dikenal sering menyerang The Fed secara terbuka, kembali melontarkan kritik terhadap Jerome Powell dan para pembuat kebijakan moneter AS. Ia menuding bahwa The Fed telah "menyabotase ekonomi" dengan mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama, padahal inflasi telah menunjukkan tanda-tanda mereda.

Komentar-komentar ini dinilai berbahaya oleh pasar karena dapat memicu ketidakpastian terhadap arah kebijakan suku bunga di masa depan. "Jika The Fed tidak bisa bekerja secara independen dari tekanan politik, maka kredibilitas dolar sebagai mata uang cadangan dunia akan berada dalam bahaya," ungkap Lisa Chang, ekonom dari Standard Chartered Global Research.

Dampak Terhadap Nilai Tukar dan Pasar Global

Sebagai akibat dari meningkatnya ketidakpastian, indeks dolar (DXY)—yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya—terus mengalami tekanan. Pada perdagangan pagi ini, indeks tersebut tercatat turun ke level 98,20, mendekati titik terendah dalam dua bulan terakhir. Sementara itu, nilai tukar terhadap euro dan yen mencatat penguatan moderat, mencerminkan preferensi investor terhadap aset yang dianggap lebih stabil di tengah ketegangan politik AS.

Investor asing juga mulai merevisi proyeksi mereka terhadap obligasi pemerintah AS. Yield surat utang 10 tahun sempat turun 15 basis poin dalam dua hari terakhir, yang menunjukkan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven, namun bukan dalam bentuk dolar AS.

Manipulasi Data Ekonomi?

Selain mempertanyakan The Fed, Trump juga membuat pernyataan kontroversial dengan menyebut bahwa data inflasi dan pekerjaan yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) telah dimanipulasi untuk tujuan politik. Pernyataan ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk ekonom independen dan bahkan sebagian politisi dari Partai Republik.

"Ketika pemimpin politik mulai menyerang integritas lembaga statistik nasional, kita bukan hanya bicara tentang politik, tapi juga risiko terhadap kepercayaan pasar internasional," jelas Marc Weber, kepala analis makroekonomi di Deutsche Bank.

Kesimpulan: Risiko Semakin Meningkat

Meskipun fundamental ekonomi AS masih tergolong kuat, ketidakpastian politik dan intervensi verbal terhadap lembaga-lembaga kunci seperti The Fed telah memperlemah sentimen terhadap dolar. Dengan pemilu paruh waktu mendekat, para analis memperingatkan bahwa volatilitas mata uang bisa terus meningkat, terutama jika retorika politik terhadap kebijakan ekonomi semakin memanas.

Untuk saat ini, investor global tampaknya memilih untuk bersikap hati-hati. Diversifikasi ke mata uang lain seperti euro, franc Swiss, dan bahkan yuan menjadi opsi yang semakin dipertimbangkan di tengah gejolak politik di Amerika Serikat.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama