Pendahuluan
China telah lama menjadi salah satu kekuatan besar dunia dalam bidang teknologi, manufaktur, dan riset ilmiah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketergantungan terhadap teknologi luar negeri—terutama dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat—telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah Tiongkok. Oleh karena itu, memasuki periode 2026–2030, China bertekad memperkuat kemandirian dalam sains dan teknologi, sebuah langkah strategis yang menjadi pusat dari rencana pembangunan nasional lima tahunan berikutnya.
Rencana ini bukan hanya sekadar strategi ekonomi, tetapi juga visi jangka panjang untuk menjadikan Tiongkok sebagai negara inovasi kelas dunia. Pemerintah China menegaskan bahwa masa depan negaranya harus dibangun di atas pondasi pengetahuan, kreativitas, dan teknologi lokal yang berdaya saing global.
Latar Belakang dan Alasan Pembaruan Strategi
Selama dua dekade terakhir, China telah tumbuh menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Namun, di balik kekuatan ekonominya, China masih menghadapi tantangan besar dalam hal ketergantungan terhadap teknologi asing. Sebagai contoh, dalam sektor semikonduktor, China masih bergantung pada mesin litografi dan komponen mikrochip dari negara lain.
Selain itu, tekanan geopolitik global, seperti pembatasan ekspor teknologi dan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan besar China (misalnya Huawei dan SMIC), mendorong pemerintah untuk berfokus pada autonomi teknologi nasional.
Rencana 2026–2030 merupakan kelanjutan dari program sebelumnya (Rencana Lima Tahun ke-14, 2021–2025) yang menekankan pentingnya “self-reliance and self-improvement in science and technology.” Namun, kali ini fokusnya akan lebih tajam: mempercepat produksi inovasi domestik dan komersialisasi hasil riset ilmiah.
Fokus Utama Rencana 2026–2030
Pemerintah China menetapkan sejumlah bidang prioritas dalam rencana baru ini, yang mencerminkan kombinasi antara kebutuhan strategis nasional dan tren global teknologi masa depan.
1. Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence / AI)
AI dianggap sebagai “mesin penggerak revolusi industri baru.” China berencana menjadi pemimpin global dalam riset, aplikasi, dan etika penggunaan AI. Fokus utamanya meliputi:
-
Pengembangan foundation model dan generative AI versi lokal.
-
Pemanfaatan AI untuk manufaktur pintar, pertanian digital, dan layanan publik.
-
Penguatan regulasi agar AI digunakan secara bertanggung jawab dan tidak menimbulkan risiko sosial.
China juga akan mendorong universitas dan perusahaan seperti Baidu, Alibaba Cloud, dan SenseTime untuk berkolaborasi menciptakan sistem AI open-source yang mampu bersaing dengan model buatan Barat.
2. Teknologi Semikonduktor dan Komputasi Tingkat Tinggi
Kemandirian di sektor semikonduktor menjadi misi utama. Pemerintah akan:
-
Mengalokasikan dana besar untuk riset material baru (misalnya silikon karbida dan galium nitrida).
-
Mendorong produksi mesin litografi lokal.
-
Mengembangkan quantum computing dan supercomputer generasi baru untuk kebutuhan ilmiah dan keamanan nasional.
Riset ini juga akan didorong oleh National Integrated Circuit Innovation Center yang menjadi pusat pengembangan chip lokal dengan kapasitas 3 nanometer ke bawah.
3. Energi Baru dan Teknologi Ramah Lingkungan
China berkomitmen mencapai net-zero emission pada 2060. Untuk itu, riset energi baru menjadi bagian penting rencana ini. Beberapa fokusnya:
-
Pengembangan baterai solid-state dan sistem penyimpanan energi jangka panjang.
-
Teknologi pembangkit tenaga surya dan angin dengan efisiensi tinggi.
-
Riset reaktor fusi nuklir yang lebih aman dan stabil.
-
Penggunaan AI untuk mengoptimalkan distribusi energi dan manajemen jaringan listrik pintar (smart grid).
Selain energi, pemerintah juga menargetkan untuk menciptakan sistem ekonomi sirkular melalui daur ulang limbah elektronik dan material industri.
4. Riset Bioteknologi dan Kesehatan
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran penting bagi China tentang pentingnya kemandirian di sektor medis. Dalam rencana 2026–2030, China akan memperkuat:
-
Riset genetika dan bioteknologi medis.
-
Produksi vaksin dan obat-obatan dalam negeri.
-
Teknologi perangkat kesehatan berbasis AI dan IoT.
China juga berambisi menjadi pusat global untuk riset genomik dan terapi gen, dengan memperkuat lembaga-lembaga seperti Chinese Academy of Medical Sciences.
5. Eksplorasi Antariksa
Eksplorasi luar angkasa tetap menjadi simbol kebanggaan nasional China. Dalam lima tahun mendatang, pemerintah menargetkan:
-
Melanjutkan pembangunan stasiun luar angkasa “Tiangong”.
-
Meluncurkan misi berawak ke Bulan sebelum 2030.
-
Mengembangkan sistem komunikasi luar angkasa berbasis AI dan laser.
Langkah ini bukan sekadar ambisi simbolik, tetapi juga investasi jangka panjang dalam teknologi komunikasi, bahan antariksa, dan sistem navigasi global (BeiDou).
Strategi Implementasi
Untuk memastikan semua rencana tersebut berjalan efektif, pemerintah China menyiapkan beberapa pendekatan sistematis:
-
Kolaborasi antara Pemerintah, Industri, dan Akademisi
Model triple helix akan diterapkan lebih luas — riset di universitas akan langsung terhubung dengan kebutuhan industri, sementara pemerintah menyediakan insentif pajak dan dana penelitian. -
Dana Investasi Nasional untuk Inovasi
Pemerintah membentuk dana khusus bernilai miliaran dolar AS untuk mendukung startup teknologi tinggi dan proyek riset strategis. -
Pusat Inovasi Regional
Kota seperti Shenzhen, Shanghai, dan Chengdu akan dijadikan “zona eksperimental inovasi” dengan kebijakan fleksibel untuk mendukung riset dan produksi teknologi mutakhir. -
Regulasi dan Etika Teknologi
Bersamaan dengan pengembangan AI dan bioteknologi, China akan memperkuat sistem hukum yang mengatur keamanan data, privasi, serta dampak sosial inovasi teknologi.
Peran Pendidikan dan SDM
Tak ada inovasi tanpa sumber daya manusia yang unggul. Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) sejak sekolah dasar hingga universitas.
Beberapa program yang direncanakan:
-
Peningkatan beasiswa riset bagi mahasiswa pascasarjana bidang sains dan teknologi.
-
Kolaborasi universitas dengan industri untuk menciptakan talent pipeline yang sesuai kebutuhan.
-
Program pelatihan ulang (reskilling) bagi pekerja agar dapat beradaptasi dengan era digital dan otomatisasi.
Selain itu, China juga mulai membuka jalur khusus bagi peneliti asing untuk bekerja di lembaga riset nasional guna memperkuat kolaborasi internasional yang saling menguntungkan.
Tantangan yang Dihadapi
Meski rencana ini ambisius, implementasinya tidak mudah. Beberapa tantangan utama yang dihadapi antara lain:
-
Ketergantungan pada teknologi luar negeri yang belum sepenuhnya bisa digantikan, terutama di bidang chip dan perangkat keras canggih.
-
Persaingan global yang semakin ketat, terutama dari Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan dalam riset AI dan energi baru.
-
Risiko birokrasi dan efisiensi riset, karena banyak proyek besar yang masih terkendala sistem administrasi yang kompleks.
-
Etika dan keamanan data, mengingat penggunaan AI dan bioteknologi berpotensi menimbulkan perdebatan moral serta ancaman privasi.
Namun, dengan sistem pemerintahan yang terpusat dan kebijakan jangka panjang, banyak analis percaya bahwa China memiliki kemampuan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Dampak Global
Rencana ini bukan hanya penting bagi China, tetapi juga akan memengaruhi ekosistem teknologi dunia. Beberapa dampak yang diprediksi antara lain:
-
Diversifikasi rantai pasok teknologi global, karena China mulai mengurangi ketergantungan pada produk Barat.
-
Munculnya inovasi baru dari Asia, yang dapat mempercepat kemajuan teknologi global.
-
Peningkatan kerja sama internasional dalam riset energi, kesehatan, dan antariksa.
Banyak negara berkembang juga melihat model ini sebagai inspirasi untuk memperkuat riset lokal mereka melalui kombinasi investasi pemerintah dan dukungan swasta.
Kesimpulan
Rencana Sains dan Teknologi China 2026–2030 merupakan tonggak penting menuju kemandirian teknologi nasional dan transformasi menjadi ekonomi berbasis inovasi. Melalui fokus pada AI, semikonduktor, energi baru, bioteknologi, dan eksplorasi antariksa, China berusaha menempatkan dirinya di garis depan revolusi teknologi global.
Dengan investasi besar, kerja sama lintas sektor, dan komitmen jangka panjang, China tampaknya siap memasuki babak baru: dari sekadar “pabrik dunia” menjadi “pusat inovasi dunia.” Namun, keberhasilan rencana ini akan bergantung pada kemampuan China menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi, nilai kemanusiaan, dan tanggung jawab globalnya terhadap masa depan bersama umat manusia.