Jakarta, 2 Agustus 2025 – Pasar kripto global tengah bergejolak. Meski harga Bitcoin dan Ethereum tergelincir dalam beberapa hari terakhir, analis senior dari Bitmine, Tom Lee, justru mengungkapkan bahwa institusi besar Wall Street tengah diam-diam melakukan akumulasi aset kripto utama seperti BTC dan ETH.
Menurut Tom Lee, pembelian senyap dari kalangan institusional ini merupakan sinyal positif yang jarang disadari oleh investor ritel. Dalam wawancara terbarunya, Lee menyebutkan bahwa ketertarikan investor institusi terhadap aset digital semakin meningkat, terutama karena ekspektasi bahwa suku bunga acuan di Amerika Serikat akan mulai diturunkan dalam kuartal keempat 2025.
🚨 Koreksi Harga, Tapi Bukan Tanda Bear Market
Dalam sepekan terakhir, Bitcoin tercatat turun dari level US$ 118.000 ke sekitar US$ 114.000. Ethereum bahkan anjlok lebih dalam, kehilangan hampir 5% nilainya dan diperdagangkan di kisaran US$ 6.300 per koin. Namun menurut Lee, ini bukanlah fase bearish—melainkan "mid-cycle correction", atau koreksi sehat di tengah tren naik jangka panjang.
"Banyak investor ritel panik ketika pasar terkoreksi. Padahal, bagi institusi, ini justru momen ideal untuk membeli dalam jumlah besar tanpa menarik perhatian," ujar Tom Lee.
🧠 Strategi Institusi: Beli Saat Ritel Panik
Lee menjelaskan bahwa institusi keuangan seperti hedge fund, bank investasi, dan pengelola aset kini lebih canggih dalam mengeksekusi strategi akumulasi. Mereka tidak lagi masuk secara terbuka seperti di tahun 2021—melainkan membeli dalam volume besar melalui jalur OTC (over-the-counter), dana terstruktur, dan akun terpisah yang tidak terpantau publik secara langsung.
Dia menyebutkan bahwa institusi saat ini lebih fokus pada Ethereum dibandingkan altcoin lainnya, dengan alasan bahwa ETH memiliki ekosistem paling matang dan potensi pertumbuhan nilai jangka panjang paling stabil.
📈 Prediksi Harga Bitcoin: Bisa Sentuh US$ 250.000?
Dalam pandangan jangka panjang, Lee tetap optimistis bahwa harga Bitcoin bisa melonjak jauh lebih tinggi—bahkan menyentuh US$ 250.000 per BTC apabila kondisi makro mendukung. Salah satu pemicunya adalah apabila The Fed benar-benar memangkas suku bunga seperti yang diprediksi banyak ekonom.
“Kalau suku bunga turun, investor institusional akan mulai mencari aset berisiko tinggi dengan potensi yield lebih besar. Di situlah kripto akan bersinar," tegasnya.
🌐 Ethereum Masih Undervalued
Di sisi lain, Ethereum dinilai Tom Lee masih terlalu murah dibandingkan fundamental dan adopsinya. Ia menyoroti pertumbuhan jaringan Layer 2 seperti Optimism, Base, dan Arbitrum yang terus mendongkrak transaksi on-chain Ethereum. Selain itu, perkembangan sektor real-world asset (RWA) dan tokenisasi aset fisik juga membuka ruang baru bagi Ethereum.
Lee memprediksi bahwa ETH bisa mencapai US$ 15.000–18.000 dalam 12–18 bulan ke depan, apabila tren makro dan sentimen pasar mendukung.
🧩 Implikasi Bagi Investor Ritel
Bagi investor kecil atau ritel, insight dari Tom Lee ini bisa menjadi bahan pertimbangan penting. Jika institusi besar saja tetap akumulasi di tengah volatilitas tinggi, maka strategi menahan (HODL) dan akumulasi bertahap mungkin lebih bijak daripada panic selling.
Lee juga mengingatkan bahwa pasar kripto sangat sensitif terhadap berita jangka pendek, tetapi tren jangka panjang tetap ditentukan oleh adopsi, likuiditas, dan pergeseran besar dalam kebijakan keuangan global.
🔚 Kesimpulan
Koreksi tajam yang terjadi pada awal Agustus ini ternyata tidak menyurutkan minat para pemain besar. Di balik penurunan harga, institusi justru melihat peluang emas untuk memperbesar posisi mereka di aset kripto utama. Dengan suku bunga yang berpotensi turun dan adopsi yang terus berkembang, Tom Lee melihat potensi besar bagi Bitcoin dan Ethereum untuk kembali naik signifikan dalam beberapa kuartal mendatang.
Investor ritel disarankan tidak terpancing panik, melainkan memperkuat strategi investasi jangka panjang mereka berdasarkan data dan analisa mendalam.