Washington, 2 Agustus 2025 — Pemerintah Amerika Serikat kembali memicu ketegangan ekonomi global setelah Presiden Donald Trump mengumumkan paket tarif impor baru yang diberlakukan terhadap lebih dari 65 negara mitra dagang, termasuk Kanada, India, Swiss, Taiwan, dan Meksiko. Tarif tersebut berkisar antara 10% hingga 41%, tergantung pada sektor dan jenis produk.
Langkah ini menandai babak baru dalam kebijakan proteksionisme AS dan langsung mengguncang pasar keuangan global. Indeks saham utama di berbagai bursa dunia mengalami penurunan tajam sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian perdagangan dan potensi balasan dari negara-negara terdampak.
Alasan Diberlakukannya Tarif
Menurut pernyataan resmi dari Gedung Putih, kebijakan tarif ini diberlakukan sebagai strategi perlindungan industri dalam negeri, terutama sektor manufaktur dan teknologi. Trump menyatakan bahwa banyak negara mitra telah "memanfaatkan kelemahan struktural sistem perdagangan" dan bahwa AS perlu mengambil "langkah agresif untuk menyeimbangkan neraca dagang."
Namun, para ekonom menyangsikan efektivitas kebijakan ini. Banyak analis menilai bahwa kebijakan tersebut lebih bersifat populis menjelang pemilu paruh waktu, daripada solusi struktural untuk ketimpangan perdagangan.
Reaksi Pasar Saham Dunia
Pengumuman tarif baru ini langsung memicu kepanikan di pasar global:
-
Dow Jones Industrial Average anjlok 1,23%
-
S&P 500 melemah 1,6%
-
Nasdaq Composite jatuh hingga 2,24%
-
FTSE 100 (Inggris) turun 1,1%
-
Nikkei 225 (Jepang) turun 1,9%
-
Nifty 50 (India) mencatat penurunan 1,3%, penurunan mingguan kelima berturut-turut
Investor global beralih ke safe haven assets seperti emas dan obligasi pemerintah AS, yang menyebabkan harga emas melonjak hampir 2% dan imbal hasil obligasi 10 tahun turun ke level terendah dua bulan terakhir.
Sektor-Sektor yang Paling Terdampak
Beberapa sektor yang paling terkena dampak langsung antara lain:
-
Tekstil dan Pakaian: Banyak perusahaan dari India dan Bangladesh yang mengekspor ke AS menghadapi tarif 19%–31%.
-
Elektronik dan Semikonduktor: Perusahaan Taiwan dan Korea Selatan, seperti TSMC dan Samsung, mengalami koreksi saham akibat tarif baru.
-
Farmasi dan Kimia: Swiss dan Jerman menghadapi tarif tinggi terhadap produk farmasi, memukul saham Roche, Novartis, dan Bayer.
-
Otomotif: Pabrikan dari Meksiko dan Kanada terkena tarif atas suku cadang kendaraan bermotor, memengaruhi produksi General Motors dan Ford.
Potensi Dampak Jangka Menengah dan Panjang
1. Risiko Resesi Global
Beberapa ekonom memperingatkan bahwa jika perang dagang terus meluas, dampaknya dapat menyeret ekonomi global ke arah resesi teknikal, terutama jika bank sentral harus terus memangkas suku bunga untuk menjaga pertumbuhan.
2. Balasan Tarif dari Negara Mitra
India, Uni Eropa, dan Kanada telah memberikan sinyal bahwa mereka tengah meninjau kemungkinan tarif balasan terhadap barang-barang asal AS. Ini bisa memicu eskalasi konflik dagang yang lebih luas.
3. Dampak ke Inflasi dan Konsumen AS
Kenaikan tarif akan mendorong biaya impor, yang dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga barang yang lebih mahal, meningkatkan tekanan inflasi domestik.
Komentar dari Ekonom dan Pelaku Pasar
“Langkah ini menandai lonceng peringatan bagi pasar global. Kita bisa melihat gelombang volatilitas dalam waktu dekat,” ujar Janet Lu, kepala analis di UBS Asia Pacific.
“Pengenaan tarif ini bisa berdampak langsung ke neraca perdagangan jangka pendek, namun efek jangka panjangnya akan merusak kepercayaan investor,” tambah Carlos Mendes, kepala strategi pasar di Barclays International.
Kesimpulan
Paket tarif impor baru dari pemerintah AS ini menambah ketidakpastian yang sudah tinggi di pasar global. Sementara Gedung Putih menilai kebijakan ini akan melindungi pekerja Amerika, pasar merespons sebaliknya — dengan kekhawatiran akan gangguan rantai pasok, lonjakan inflasi, dan memburuknya hubungan diplomatik dagang.
Investor saat ini disarankan untuk lebih berhati-hati dan mempertimbangkan untuk memposisikan portofolio mereka ke aset defensif seperti emas, sektor utilitas, atau saham perusahaan dengan pendapatan domestik yang stabil.