Aliansi 80+ Negara Mendesak Penghentian Bahan Bakar Fosil di COP30

 



Konferensi Perubahan Iklim COP30 yang berlangsung di Belém, Brasil, menjadi salah satu momen paling menentukan dalam sejarah diplomasi iklim global. Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap pemanasan global yang semakin cepat, lebih dari 80 negara membentuk sebuah aliansi yang secara tegas menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap. Seruan ini bukan sekadar deklarasi simbolis, tetapi sebuah tekanan politik dan moral yang ditujukan kepada negara-negara besar penghasil emisi karbon untuk mengambil langkah nyata dan terukur menuju masa depan tanpa energi fosil.

Gerakan ini menjadi sorotan dunia karena untuk pertama kalinya jumlah negara yang bersatu mendukung penghentian bahan bakar fosil mencapai angka sebesar itu, mencerminkan perubahan besar dalam kesadaran global. Jika di konferensi-konferensi sebelumnya isu utama berputar di sekitar pengurangan emisi secara umum, maka kini tuntutan lebih spesifik: hentikan bahan bakar fosil pada sumbernya.

Latar Belakang Krisis dan Desakan Global

Bahan bakar fosil—batubara, minyak, dan gas—telah menjadi tulang punggung ekonomi dunia selama lebih dari satu abad. Namun, harga yang harus dibayar untuk ketergantungan itu semakin nyata: peningkatan suhu bumi, mencairnya es kutub, naiknya permukaan laut, cuaca ekstrem, dan kerusakan ekosistem yang tak bisa dipulihkan. Laporan-laporan ilmiah terbaru menunjukkan bahwa dunia berada di jalur yang salah. Target membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C semakin sulit dicapai jika konsumsi bahan bakar fosil tidak berkurang secara drastis sebelum tahun 2030.

Bukan hanya negara-negara pulau kecil yang menghadapi ancaman tenggelam, tetapi juga negara besar yang mulai merasakan dampak ekonomi dan sosial dari cuaca ekstrem. Kebakaran hutan, gelombang panas mematikan, banjir besar, hingga krisis pangan semakin sering terjadi. Dalam konteks ini, dorongan untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil bukan lagi pilihan, melainkan keharusan demi kelangsungan hidup planet ini.

Aliansi 80+ Negara: Siapa Saja dan Apa Tujuan Mereka?

Aliansi yang terdiri dari lebih dari 80 negara ini mencakup kelompok negara kepulauan kecil, negara berkembang, serta sejumlah negara maju yang memiliki ambisi tinggi dalam aksi iklim. Mereka membawa suara yang sama: bahan bakar fosil harus dihentikan secara bertahap melalui roadmap yang jelas, terukur, dan mengikat secara internasional.

Tujuan mereka sederhana namun sangat strategis:

  1. Mendorong kesepakatan global untuk mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap.
    Ini mencakup penghentian eksplorasi baru, pengurangan produksi, serta transisi ke energi bersih.

  2. Menuntut transparansi dan akuntabilitas dari negara-negara penghasil emisi besar.
    Selama ini, status “negara berkembang” pada beberapa negara besar sering digunakan untuk menunda komitmen emisi.

  3. Mengamankan pendanaan transisi energi bersih bagi negara-negara berkembang.
    Mereka menuntut dukungan finansial internasional agar transisi ini tidak mematikan perekonomian global.

  4. Mengakhiri subsidi bahan bakar fosil yang dianggap sebagai penghalang inovasi energi terbarukan.
    Ribuan triliun rupiah per tahun digunakan untuk subsidi fosil, sementara energi bersih masih dianggap mahal.

  5. Menjadi pengimbang tekanan industri bahan bakar fosil yang selama beberapa dekade mendominasi kebijakan energi dunia.

Dengan tuntutan yang semakin tegas, aliansi ini membuat isu penghapusan bahan bakar fosil menjadi agenda utama yang sulit diabaikan dalam COP30.

Tantangan Besar di Balik Seruan Penghapusan Fosil

Meski didukung lebih dari 80 negara, langkah ini tidak berjalan mulus. Ada beberapa hambatan besar yang masih terus diperdebatkan:

1. Perlawanan dari negara kaya sumber daya fosil

Negara-negara yang ekonominya bergantung pada ekspor minyak dan gas tentu melihat seruan ini sebagai ancaman langsung bagi stabilitas ekonomi mereka. Beberapa negara bahkan menyatakan bahwa penghapusan bahan bakar fosil tanpa alternatif yang sepadan hanya akan menciptakan ketidakpastian global.

2. Ketergantungan energi dunia masih sangat besar

Meskipun energi terbarukan berkembang pesat, dunia masih mendapatkan sebagian besar energinya dari minyak, gas, dan batubara. Transisi yang terlalu cepat dapat memunculkan krisis energi baru jika tidak direncanakan dengan matang.

3. Isu pendanaan transisi energi

Banyak negara berkembang mengeluhkan bahwa negara maju belum memenuhi janji pendanaan iklim sebelumnya. Tanpa dana untuk membangun infrastruktur energi bersih, negara berkembang akan kesulitan melepaskan diri dari bahan bakar fosil.

4. Tekanan industri dan kepentingan politik

Industri minyak dan gas adalah salah satu sektor terbesar di dunia, dengan kekuatan finansial dan politik yang sangat besar. Lobi industri ini terus berupaya memperlambat kebijakan iklim yang dianggap mengancam bisnis mereka.

Mengapa Seruan Ini Sangat Penting?

Aliansi 80+ negara memberikan sinyal kuat bahwa dunia tidak lagi bisa menunda keputusan penting. Ada beberapa alasan mengapa tuntutan mereka mendapat perhatian besar:

  1. Memperjelas arah masa depan energi dunia
    Jika sebelumnya negosiasi iklim masih samar, kini perdebatan mengarah langsung ke inti permasalahan: bahan bakar fosil harus dihentikan.

  2. Menunjukkan perubahan besar dalam solidaritas global
    Negara-negara kecil yang sebelumnya hanya bisa bersuara sebagai korban kini bersatu dengan negara-negara maju yang siap mendorong perubahan.

  3. Memberi tekanan moral terhadap negara yang masih menggelontorkan investasi besar pada fosil
    Tuntutan ini membuat dunia menyoroti siapa yang serius dan siapa yang tidak.

  4. Meningkatkan urgensi transisi energi
    Dengan semakin banyak negara mendesak penghentian fosil, pasar global pun mulai bergerak ke arah investasi energi bersih.

Apa Dampaknya Jika Seruan Ini Disetujui?

Jika dunia menyepakati roadmap penghapusan bahan bakar fosil dalam beberapa dekade mendatang, dampaknya akan sangat besar:

  • Munculnya percepatan investasi energi terbarukan
    Tenaga surya, angin, hidrogen hijau, dan geothermal dapat menjadi sumber energi utama dunia.

  • Perubahan struktur ekonomi global
    Negara-negara penghasil minyak harus melakukan diversifikasi ekonomi untuk bertahan.

  • Teknologi bersih berkembang lebih cepat
    Mobil listrik, penyimpanan energi, dan teknologi non-emisi akan menjadi standar global.

  • Pengurangan drastis emisi karbon
    Ini akan membantu memperlambat laju pemanasan global dan meningkatkan peluang mencapai target 1,5°C.

Kesimpulan

Aliansi lebih dari 80 negara di COP30 yang mendesak penghentian bahan bakar fosil adalah salah satu langkah paling berani dan paling ambisius dalam sejarah perjuangan iklim global. Seruan ini bukan hanya tuntutan teknis, tetapi seruan moral untuk menyelamatkan masa depan generasi mendatang. Meski banyak tantangan dan perlawanan dari negara serta industri besar, perubahan arah global terhadap energi bersih semakin tak terbendung.

Dunia kini berada di persimpangan penting. Apa yang diputuskan dalam COP30 dapat menentukan masa depan bumi selama beberapa dekade ke depan. Seruan 80+ negara ini menjadi pengingat bahwa perubahan besar hanya bisa terjadi jika negara-negara berani mengambil sikap tegas dan memilih keberlanjutan dibandingkan kepentingan jangka pendek.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama