Para peneliti dari University of Adelaide berhasil menemukan sebuah terobosan besar dalam upaya melawan salah satu masalah lingkungan paling sulit diatasi: bahan kimia per- dan polifluoroalkil (PFAS), yang dikenal luas sebagai “bahan kimia abadi”. Julukan itu muncul karena PFAS hampir mustahil terurai secara alami, sehingga tetap bertahan di tanah, air, bahkan dalam tubuh manusia selama puluhan tahun.
PFAS banyak digunakan sejak tahun 1950-an dalam berbagai produk sehari-hari, mulai dari alat masak anti lengket, kemasan makanan, hingga busa pemadam kebakaran. Walau sangat bermanfaat secara industri, bahan ini dikaitkan dengan berbagai dampak buruk bagi kesehatan, termasuk gangguan hormon, penurunan kekebalan tubuh, serta peningkatan risiko kanker. Tidak heran, upaya mencari cara untuk mengurai PFAS menjadi salah satu fokus penting komunitas ilmiah dunia.
Terobosan dengan Cahaya Matahari
Studi terbaru dari tim Adelaide menunjukkan bahwa sinar matahari dapat digunakan sebagai katalis untuk memecah ikatan kimia karbon-fluorin dalam PFAS. Ikatan tersebut adalah salah satu yang terkuat dalam kimia organik, sehingga biasanya sulit dihancurkan dengan metode konvensional. Namun, dengan bantuan sinar matahari yang diarahkan pada larutan khusus, para peneliti berhasil melarutkan PFAS menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
Metode ini dianggap jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan cara-cara sebelumnya, seperti pembakaran suhu tinggi atau penggunaan bahan kimia tambahan yang berpotensi menimbulkan limbah baru. Penelitian ini sekaligus membuka peluang untuk menerapkan sistem pemurnian air yang memanfaatkan energi matahari, sehingga bisa lebih murah dan berkelanjutan.
Dampak Global
Jika teknologi ini berhasil dikembangkan dalam skala industri, potensi dampaknya sangat besar. Ribuan kota di seluruh dunia tengah menghadapi masalah pencemaran air tanah akibat kebocoran PFAS dari pabrik, bandara, atau pangkalan militer yang menggunakan busa pemadam. Dengan adanya metode baru ini, masyarakat bisa mendapatkan akses air bersih tanpa harus khawatir terpapar “bahan kimia abadi”.
Selain itu, inovasi ini juga memberi harapan baru bagi negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan infrastruktur pengolahan limbah. Sumber energi yang digunakan hanya sinar matahari, sehingga bisa diterapkan di wilayah tropis dengan biaya operasional yang relatif rendah.
Harapan ke Depan
Meski hasil penelitian ini masih berada pada tahap laboratorium, banyak ilmuwan yang optimis. Langkah selanjutnya adalah menguji efektivitasnya dalam skala lapangan, termasuk melihat seberapa cepat proses degradasi dapat berlangsung pada volume air yang besar. Jika berhasil, metode ini bisa menjadi kunci dalam mengurangi salah satu ancaman lingkungan paling persisten abad ini.
PFAS mungkin selama ini dijuluki “bahan kimia abadi”, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa dengan sinar matahari, bahkan polutan paling bandel sekalipun masih bisa dikalahkan.